gereja di maluku selatan selama masa portugis (SGI & SGL)
A.GEREJA
DI MALUKU SELATAN SELAMA MASA PORTUGIS
Tahun 1538 tiga kampung di pulau Ambon menerima agama
kristen.dan beberapa tahun kemudiaan jumlah jemaat bertambah menjadi tujuh.kamung-kampung
kristen itu,hampir terletak di bagian selatan pulau Ambon yang disebut
Leitimor.Dalam ke 20 tahun pertama hanya lima atau enam tahun lamanya dilayani
oleh seorang imam.pada tahun 1557 krisis melanda daerah mereka.Selama 3 tahun
orang-orang kristen hanya dapat mempertahankan diri dalam suatu benteng di
pegunungan. Pada tahun 1558 terjadi perang gerilya yang terus menerus di
Leitimor dan Hitu,di Haruku dan Sapurua.pokok pertikaiaan mereka adalah perselisihan-perselisihan
lokal yang sudah ada yang sudah ada sejak dahulu kala,anatara kampung-kampung
dan perkelompokan-perkelompokan kampung-kampung ( “Ulisiwa” dan “Uli
lima”).bercampur dengan persaingan antara Ternate dan Tidore,antara Ternate
dengan Portugal dan akhirnya dikaitkan dengan perbedaan dalam hal agama.Salah satu
pemimpin orang kristen yang bersemangat dalam perang gerilya adalah Manuel dari
Hatiwi.
Pada tahun 1569 dan 1570, merupakan
masa tentenram,para misionaris membaptis 8000 orang-orang dewasa dan anak-anak.pada
tahun 1605 akhir zaman portugis terjadi semcam serah terima dengan
penguasa-penguasa baru,yaitu orang-orang belanda ,orang-orang kristen di
Ambon,Lease dan Seram berjumlah 16000 orang.pada tahun 1605 terdapat empat
gedung gereja,satu untuk orang-0rang portugis yang tinggal di benteng,yang satu
untuk orang-orang mardeka dan dua untuk orang-orang asli.
B.
GEREJA DI MALUKU SELATAN PADA ZAMAN VOC
(1605+_ 1800)
Tahun 1605,angkatan
laut VOC merebut benteng-benteng portugis di Banda dan di Ambon.Orang-orang
kristen di Ambon dan Lease,yang telah merupakan sekutu orang-orang
portugis,menjadi rakyat kompeni.sebaliknya orang-orang islam di Hitu, musuh
kawanan orang-orang potugis menjadi sekutu VOC. Kedatangan orang-orang belanda
membawa satu hadiah besar bagi kampung-kampung kristen,malahan bagi seluruh
Ambon dan Lease.karena mereka itu berhasilk mengikat perjanjian perdamaiaan
antara semua kamp[ung-kampung di Ambon dan Lease. Maka berhentilah peperangan antar
kamopung yang seama masa portugis menjadi salah satu halangan besar bagi
perkembangan agama kristen.VOC adalah badan perdagangan.Tujuannya datang ke
Indonesia adalah untuk memperoleh monopoli,hak tunggal untuk jual beli
rempah-rempah. Produksi rempah-rempah di pusatkan di pulau-pulau yang menjadi
daerah jajahan Belanda yaitu : Ambon-Lease dan kepulauaan Banda.VOC dengan
segala tenaga mendukung pemeliharaan orang-orang kristen dan pekabaran injil di
daerah-daerah yang secara langsung di kuasainya,yaitu Ambon-Lease dan Banda.
Daerah-daerah ini yang menjadi daerah pusat agama kristendi maluku.
Tahun 1612 pertama kali pendeta datang di
Ambon. Mula –mula satu pendeta kemudiaan bertambah sampai enam orang.tahun 1636
pendeta-pendeta di Belanda berusaha untuk mendiddik pendeta-pendeta di Ambon.
Tahun 1633 Belanda menempatka satu iorang pendeta di Sapurua.dan satu di Haruku
sejak tahun 1641. Pada tahun 1625 membentuk majelis gereja di Ambon.majelis ini
menyelengarakan pemeliharaan rohani di kota Ambon maupun jemaat-jemaat di
luarnya. Kemudiaan pada tahun 1636 dua orang Ambon di pilih menjadi penatua dan
dua orang ,menjadidiaken. Dendan adanya pemeliharaan rohani yang
teratur,kekristenan Ambon –Lease
berkembang dengan baik.jumlahnorang-orang kristen naik dari 16000 orang
menjadi 33000. Diantara mereka ada 1600 orang yang telah melakukan sidi dan
dengan demikian berhak ikut serta dalam perjamuan kudus. Cara pendeta-pendeta
mengembalaka orang-orang kristen dengan beribadah pada hari minggu,ibdah ini
diadakan dalam bahasa melayu hanya di kota Ambon. Tata ibadah mengiukuti
kebiasaan-kebiasaan gereja-gereja di Belanda. Jemaat mulai dengan
bernyanyi,kemudiaan berdoa khotbah dan doa dan nyanyi lagi.dan apabila
kebaktian di pimpin oleh seorang pendeta,tata ibadah bisa lebih luas. Pendeta -pendeta
belanda juga berkhotbah dalam bahasa melayu.
Khotbah yang sangat laku adalah khotbah pendeta
Wiltens,salah seorang pendeta di Ambon. Orang –berpendapat bahwa Alkitab harus
di sediakan dalam bahasa setempat. Maka pendeta-pendeta dan pegawai kompeni sibuk
menerjemahkan bagian-bagian Alkitab kedalam bahasa melayu. Pada tahun 1629 mereka
berhasil mencetak kitab matius ke dalam bahasa melayu. Dan pada tahun 1668 berhasil
menyusun PB lengkap.Pada tahun 1731-1733 Alkitab seluruhnya dalam terjemahan leydecker.
Selain Alkitab juga ada buku-buku katekasasi atau buku-buku pembinaan lainya.
Bahasa yang di pakai dalam semua tulisan itu ialah bahasa portugis, bahasa
tamil,dan bahasa singhala dan beberapa bahasa suku di taiwan. Tahun 1633-1638,
seorang pendeta yang memihak kepada bahasa Ambon,yaitu Heurnius yang adalah
salah seorang pendeta yang datang dari negeri belanda,dengan maksud mengabarkan
injil kepada orang-orang yang bukan kristen.Metode yangdi gunakan mereka untuk mengajar adalah
metode menghafal. Pada abad ke 19 dan ke 20 orang-orang Ambon bersama para
zedenling dari Eropa akan membawa agama mereka banyak ke Indonesia Timur dan
mempengaruhi kehidupan gereja-gereja yang berdiri di Indonesia Timur.
Setelah orang-orang portugis dan
misionaris-misionaris di usir gereja di Ambon Lease terlantar.pada tahun
1605-1635 keadaan gereja tetap agak sama
selama satu setengah abad. Dengan perahlihan dari gereja khatolik roma
menjadi protestan.gereja Ambon banyak m,engalami perubahan.tahun 1590an
penduduk pulau banda sebagian besar berahlih kepda agama Islam.tahun 1625,
jemaat Ambon mendapat majelis,seorang pendeta di tempatkan di Banda sebelumnya
beberapa penghibur orang-orang sakit bekerja di situ. Pada tahun 1635 ada usaha
P.I ke Kei,tetapi gagal. Dari tahun 1670 -1675, seorang penghibur orang-orang
sakit di tempatkan di Aru,dan disitu jemaat kristen dalam abad ke 18 berjumlah
beberapa ratus orang.pada tahun 1682 di tempatkan seorang guru sekolah.dan
disitu sekitar tahun 1750terdapat 1300 lebih orang kristen. Setelah tahun 1780,
kekuasaan VOC merosot dengan cepat. Dan gereja ikut menderita, terutam
gereja-gereja di daerah pinggiran. Jumlah pendeta di Indonesia berkurang dengan
cepat,di Ambon tinggal satu orang saja. Antara tahun 1803-1815 tidak ada seorang
pendeta di seluruh Maliku. Karena sudah puluhan tahun jemaat-jemaat di luar
pusat tidak di kunjungi,tidak ada pelayanan sakramen,tidak ada khotba,kecuali
yang dudah di cetak. Pada tahun 1815 kedatangan Joseph Kam,mulailah zaman baru
bagi gereja di Maluku.
C.GEREJA
DI SULAWESI UTARA DAN SANGIR-TALAUD (1536-1800)
Dalam tahun1560an agama kristen mendapat
tempat berpijak di sulawesi Utara dan kepulauaan Sangir-talaud. Tahun 1563
Sultan Hairun bermaksud hendak mengirim pasukan-pasukantentara ke sulawesi
Utara.untuk menaklukan daerah itu. Rencana itu diketahui oleh orang portugis
maka mereka tidak mau untuk perluasan kekuasaan Sultan maka orang-orang
portugis berusaha untuk mendahului Sultan.dua kora-kora mereka berlayar ke sulawesi
dengan seorang misionaris ikut serta dalam ekspedisi tersebut. Pada bulan mei
1563 mereka sampai di menado lama yang terletak di suatu pulau kecil lepas
pantai Minahasa. Sesampainya di Menado,sang misionaris Pater Magelhaes di
sambut dengan gembira. Mereka senang sekali menerima agama orang-orang portugis
maka Pater Magelhaes menggunakan waktu dua minggu untuk mengajarkan mereka
tentang pokok-pokok agama kristen.peristiwa ini merupakan permulaan gereja di
minahasa dan di Sangir- Talaud.Setelah tahun 1585 seorang Pater sempat
mengunjungi daerah di menado, agama kristen sudah lenyap sama sekali karena dan
orang kristen di Siau dan Sangir barat telah di serbu oleh angkatan laut
ternate.
Menurut laporan-laporan misionaris yang di
tulis sekitar tahun 1595 semua orang kristen di menado dan kaidipan menjadi
kafir.dan di siau kekafiran tumbuh lagi. Pada tahun 1606 spanyol merebut
kembali maluku utara.tahun 1619 para misionsris mulai menyebarkan injil
mengalihkan perhatian ke daerah pegunungan.Tahun 1644 kekalahan spanyol
menyebabkankematian seorang misionaris dan gagalnya usaha misi di minahasa.
Setelah itu orang-orang kompeni mengusir orang-orang spanyol dari sulawesi
Utara. Orang khatolik di menado dan tempat lain di jadikan orang-orang
protestan. Usaha pekabaran injil di kepulauaan sangir menderita terus menerus
karena suasana politis.kepulauaan itu merupakan daerah
perbatasan antara wilayah pengaruh spayol yang berpusat di filipina dan VOC
yang bersekutu dengan ternate.Tahun 1606 kemenangan spanyol atas ternate agama
kristen mulai berkembang kembali. Maka berbondong-bondonglah penduduk Siau
mendengarkan pelajaran agama dari pater yang sudah ada sejak tahun 1628. Tahun
1666 mereka membangun benten di menado.Tahun 1675 seorang pendeta berkunjung ke
sangir untuk pertama kalinya tetapi ia meninggal di sangir .
Kemudiaan Pada tahun 1677, pasukan-pasukan kompeni dan
ternate menduduki Siau dan sangir.dan mereka mengadakan perjanjian dengan raja
Siau bahwa apa yang terjadi dulu di Ambon,sekarang terulang. Dan orang-orang
khatolik menjadi protestan berada dalam keadaan terlantar. Menurut laporan
tahun 1705 jumlah orang-orang kristen di daratan sulawesi utara 2.500 lebih. Tahun
1628-1677, berkat hasil pekerjaan baik para misionaris,jumlah orang-orang
kristen lebih besar sekitar 10000 orang. Dalam tahun 1683 seorang pendeta
(pendeta De Leeuw) yang berkhotba dalam bahasa daerah,yaitu bahasa sangir,dan
yang mempersiapkan suatu kitab katekismus sederhana dalam bahasa itu. Pada abad
ke 17 dan 18 pengkristenan terjadi di Ambon dan pada abad ke 19 terjadi
pengkristenan di Sulawesi Utara dengan suasana yang agak berbeda. Sejak tahun
1789 tidak ada seorang pendeta yang datang berkunjung ke Sulawesi Utara.dan
jemaat-jemaat terlantar. Sampai tahun 1817
Joseph Kam datang dari Ambon
Komentar
Posting Komentar