LATAR BELAKANG DAN KONSEP TEOLOGIS KITAB YUNUS



NAMA                                   : ALDOFID E. NENOHAY
MATA KULIAH                  : TEOLOGI PERJANJIAN LAMA

LATAR BELAKANG DAN KONSEP TEOLOGIS KITAB YUNUS

A.    Latar Belakang
    Terjadi pada pertengahan pertama dari abadkedelapan SM peristiwa-peristiwa dari kitab ini terjadi pada satumasa yang penuh dengan optimism besar bagi kerajaan Asyur yang sudah memperlihatkan kekuatannya pada pada abad kesembilan kini mulai merosot menyebabkan Yerobeam II leluasa mendapatkan kembali banyak kawasan yang dulu menjadi milik Israel pada zaman daut dan salomo. Peluasaan kawasan mendatangkan kekayaan ekonomi yang lebih besar darp pada waktu sebelumya dalam sejarah Israel. Walaupun orang orang-orang asyur tidak dilupakan mereka tidak merupakan ancaman bagi Israel selama periode ini.  
    Kitab nabi yunus bersifat unik di antara kitab-kitab nubuat di prjanjian lama. Lebih dari menjadi sebuah koleksi nubuat-nubuat sang nabi, kitab ini mengaitkan sebuah episode dalam kehidupannya. Di perjanjian lama, Nabi yunus di sebut satu kali saja di  luar kitab yunus, yaitu di kitab II Raja-raja 14:25, berkenanan dengan pemerintahan Yerobeam II di kerajaan utara Israel dalam pertengahan pertama dari abad ke-8SM.
B.     Penulisan kitab
   Meskipun yunus hidup pada abad ke 8 sm disana ada beberapa pertentangan mengenai penanggalan kitab ini karna tidak adanya kepastian tentang siapa penulisnya.Yunus disebut diseluruh cerita dengan menggunakan kata ganti orang ketiga,dan nama penulisnya tidak disebut sma sekali dalam alkitab.walaupun kitab ini mempertahankan sebuah dari sebuah peristiwa fakta,kita dapat mengharapkan bahwa apakah Yunus atau seorang lain yang mendapatkan informasi dari Yunus yang sudah menuliskan kitab ini.
   Banyak diskusi telah di fokoskan terhadap sikap dasar dari kitab ini.sifat ini tidak masuk akal dari beberapa peristiwa yang dikisakan dalam kitab ini(dapat bertahannya yunus didalam perut ikan,tingkat pertumbuhan yang fantastic dari tanaman)orang-orang yang mendukung salah satu dari gaya penulisan diatas akan mengklaim peristiwa sedemikian rupa tidak benar-benar terjadi tetapi bahwa cerita itu telah dibuat secara transparan dengan beberaa jenis pandangan moral.ada kalanya ketida sediaan untuk menerima kemungkinan adanya mijisat akan adanya mijizat bisa menjadi sebab dari pokok p ermasalahan ini.
   Beberapa penafsir lainya masih lebih cenderung untuk mengakui unsur kesejarahannya meski pu sifat dari kitab ini sesasional keberatan-keberatan yang di angkat melawan menafsirkan sejarah seperti luas kota niniwe yang luar biasa
C.    Tujuan dan Pesan
    Tujuan dari kitab yunus seringkali salah di mengerti para penafsir secara alami telah cenderung utuk mencari di dalamnya suatu pesan bagi Israel. Dengan berbuat demikian, kelihatanya sangat masuk akal untuk melihat yunus sebagai yang mewakili Israel. Kemudian di ia di tetapkan berlawanan dengan niniwe, suatu pelajaran bagi Israel dapat di turunkan dari pelajaran yang yunus pelajari.
    Sebagai akibatnya beberapa orang telah mengerti bahwa kitab yunus adalah sebuah kitab misi. Melalui kitab ini mereka melihat Allah memberian dorongan kepada Israel untuk melangkah melampawai sifat eksklusif teologisnya menginjili bangsa-bangsa lain. Yang lain lagi telah menyerankan bahwa kitab itu mengajar Israel bahwa sebagaimana Allah menunjukan belas kasihannya pada orang kafir penyembah berhala, mereka juga harus mengasihi dan mengampuni musuh-musuh mereka yang paling jahat sekali pun. Walaupun semuanya ini merupakan padangan-pandangan yang terpuji bahkan adalah teologi yang baik kitab yunus mengerahkan kita ke sebuah arah yang berbeda persamaan yang di berikan pada kita oleh kitab itu bukanlah yunus. 
D.    Tema-tema Utama

 1.  Belas kasihan

   Sudah disebutkan bahwa belas kasihan Allah dan  hak kedaulatannya  untuk melakukan berbagai tindakan belas kasihan merupakan focus utama dari kitab ini

  2.  Kemarahan
        Kemarahan Allah diduga telah dimulai seluruh rangkaian peristiwa dalam Kitab Yunus. Kejahatan di      Niniwe  telah membangkitkan murka Allah  untuk mulai bertindak  sebaliknya, Yunus menegaskan bahwa Allah lambat untuk marah  meskipun Yunus sendiri  tidak bersifat  demikian. Kemarahan Yunus sepertinya  mengalahkan  Allah, yang dalam  penilaian Yunus tidak cukup marah   terhadap hal-hal yang seharusnya  dimurkai.  Kemarahan yang benar  selalu diimbangi dengan  belas kasihan  dan Allah pun harus diberi  kebebasan  untuk melakukan keduanya.  Maka  kedaulatan Allah  harus dilihat  dalam  hubungannya dengan belas kasihannya.
             3.  Teodisi
          Membenarkan cara-cara Allah  (Teodisi)  adalah salah satu tema yang umum dalam perjanjian lama, tetapi jarang sekali hal itu  mengambil  bentuk  yang kita dalam Kita Yunus. Biasanya orang Israel memperhatikan  Teodisi  akan mengajukan pertanyaan yang diajukan Allah kepada Yunus “ layakkah Engkau marah ? “  karena umat Israel seringkali dibingungkan oleh  penderitaan orang benar. Akan tetapi dalam kisah yunus  pertanyaan itu dibalik karena memperlihatkan  kemurahan hati Allah  terhadap orang Fasik  suatu tuduhan yang sama seriusnya.  Kitab Yunus memecahkan persoalan ini dengan menegaskan hak Allah  untuk tidak bersikap murkha  atau lebih baik untuk bersikap  lambat menjadi  murkha.  Keadilannya tidak dibatalkan  dengan  memberikan  perluasan-perluasan  dari kasih karunia.  Ini merupakan jawaban yang sama  diberikan didalam kitab  Habakuk  juga direflesikan  didalam theology Perjanjian Baru, misalnya seperti  yang ada  di Roma, 3 : 25 dan Matius  20 : 15.  Namun Allah tidak wajib untuk menunjukan kemurahan dengan tidak habis-habisnya. Hukumannya yang adil pada  akhirnya akan dilaksanakan  Allah harus membebaskan  untuk bertindak sesuai dengan keputusannya.

E.     Konsep Teologis kitab Yunus

Tuhan. Walaupun kitab ini membawa nama nabi dan menuliskan aktifitasnya, Tuhan adalah karakter utama dalam kitab ini, Dia yang menggiring peristiwa kepada akhir yang dimaksud. YHWH dan elohim menjadi sebutan utama Tuhan dalam kitab ini; tapi penggunaan sebutan kedua menunjukan kontras dengan allah orang kafir, deskripsi itu menggunakan kata yang sama. Yahwe menunjukan Dirinya adalah Tuhan.
Atribut Tuhan yang direfleksikan dalam kitab ini sangat banyak. Perkataan Yunus dalam 4:2 menyatakan kalau Dia itu murah hati, belas kasih, sabar, sangat kasih, dan enggan menghancurkan. Ini merupakan alasan Yunus kaburdia tahu karena semua itu Tuhan akan berbelas kasih. Belas kasih itu, hus (pronounced khoos), menjadi atribut Allah utama dalam kitab ini yang membentuk objek pelajaran dalam pasal 4, pesan dari Yahwe melalui Yunus. Hal ini menyatukan ide sebelumnya mengenai belas kasih Yahwe terhadap Yunus dan para pelaut. Faktanya, pernyataan bahwa keselamatan adalah dari Yahwe (2:10) dijelaskan oleh hal ini.
Karya dari Yahwe yang berasal dari atribut-atribut ini sangat banyak. Hal pertama yang kita perhatikan adalah wahyu Tuhan. Hal ini dilakukan dua kali melalui komunikasi langsung kepada sang nabi dalam pengutusan (1:1 and 3:1), melalui pembuangan undi (1:8), dan melalui keadaan badai serta pelajaran dari pasal 4. Faktanya, perkataan Tuhan kepada Yunus adalah suatu panggilan pelayanan dan janji dimasa yang akan datang berbicara melalui dia (3:1). Saat sang nabi enggan untuk taat, perkataan Tuhan kepadanya berupa teguran (4:4 and 4:9). Saat Tuhan berbicara kepada ikan (2:11) tidak menemui kesulitan yang sama.
Wilayah kedua dari tindakan Tuhan dinyatakan dalam kitab itu menunjukan kedaulatanNya atas seluruh ciptaan. Dia memberikan badai (1:4) dan menakutkan semua. Dia mengontrol pengundian (1:8) sehinggan Yunus ketahuan. Dia dikenal sebagai Allah yang empunya langit (1:9) yang menciptakan laut dan daratan. Gelombang dan ombak dibawah kekuasaanNya (2:4). Dia mempersiapkan ikan untuk melakukan kehendakNya (2:1), pohon untuk bernaung (4:6), ulat penghancur (4:7), dan angin membuai dari timur (4:8). Semua dibawah kekuasaanNya. Berurusan dengan orang kafir lebih mudah daripada berurusan dengan Yunus, karena Dia menjawab doa mereka dan menyelamatkan mereka dari kematian. Tapi melalui Yunus menjadi jelas kalau Tuhan menghukum yang ketidak taatan (1:10ff), karena dia membuang Yunus kekedalaman (2:4). PenghukumanNya juga jatuh atas Nineveh (3:4) jika mereka tidak berbalik dari kejahatannya. Penghukuman atas mereka itu merupakan manifestasi murka Allah (3:9). Penghukuman atas Yunus adalah sebuah disiplin dan bukti belas kasihNya (4:9).
Belas kasih Allah dinyatakan melalui penyelamatan para pelaut, Yunus, dan orang Asiriah, dan Yunus dari permohonannya. Pengiriman pesan penghukuman merupakan tindakan belas kasih, karena Tuhan dan Yunus tahu kalau mereka mendengar dan bertobat, Tuhan akan berbalik dari murkaNya (3:9, 10). Maka dari itu, gambaran Tuhan, yang muncul dari kitab ini, adalah Tuhan yang berdaulat atas seluruh ciptaan menyebarkan anugrah kepada mereka yang mau bertobat dan berbalik dari jalannya yang salah. Sub-plot yang terdapat diseluruh tema teologis ini adalah Yunus juga perlu belajar belas kasih yang sama.
Umat Manusia. Banyak hal yang bisa dipelajari mengenai umat manusia dari kitab ini, tapi disini kita perlu membuat perbedaan antara umat manusia pada umumnya dan Yunus secara spesifik sebagai nabi Tuhan. Kitab ini merefleksikan pengakuan kalau manusia itu hebat dan mampu membuat kota besar (3:3). Tapi terikat pada jalannya yang salah kepada kejahatan dan kehancuran (1:2; 3:8). Ditangan Tuhan manusia itu lemah dan rapuh (2:3; 3:8ff). Kerapuhannya terlihat dalam ketakutan (1:5; 1:10) dan pertobatan atas peringatan (3:8). Umat manusia juga sangat religius, karena dia berdoa kepada allah (1:5), membuang undi (1:7), peduli terhadap jiwa yang tidak bersalah (1:14), dan memuja berhala (2:9). Seluruh kegiatan religiusnya sia-sia karena secara rohani dia tidak peduli (4:11) sampai berhadapan dengan Tuhan yang benar dan hidup. Keinginan umat manusia dalam kitab ini menunjukan prioritasnya. Dia menilai hidup sangat tinggi dan tidak ingin binasa (1:6, 3:9). Dia berdoa agar tidak binasa (1:14; 4:4-9). Dia berusaha mempertahankan hidup yang lain (1:13, 14).
Ironisnya, Yunus terlihat berlawanan dalam drama dikitab ini. Dia tidak menaati perkataan Yahweh (1:2) dan berkeras (1:5). Dia ingin mati (1:13) dan sebenarnya berdoa agar dia bisa mati (4:2ff). Dia marah melihat Tuhan tidak jadi memurkai saat orang Asiria bertobat (4:a). Dia mengklaim takut akan Tuhan (1:9), tapi faktanya dia menulis kitab ini untuk dibaca bangsa itu yang menunjukan dia berbalik dari janjinya.
Hubungan Tuhan dan Manusia. Belas kasih Allah menjelaskan drama itu yang mendahului pelajaran dimana kata itu pertama kali digunakan; maka dari itu, penegakan hubungan perjanjian antara Tuhan dan manusia dalam kitab ini adalah karya Tuhan. Bagian Tuhan, langkah-langkah menegakan pemerintahan ini adalah: pernyataan agar pesan penghukuman disampaikan (1:2, 3:1), menunjukan belas kasih kepada para pelaut (1:6), perluasan khesed kepada mereka yang adalah milikNya (2:9), berbalik tidak jadi menghukum (3:9) sehingga mereka tidak binasa. Melalui pola yang muncul ini, pelajaran puncaknya tidak hanya menegur prilaku Yunus tapi juga menjelaskan maksud Tuhan. Dia punya belas kasih bagi orang jahat. Manusia, bagian mereka, harus merespon perkataan dan karya Yahweh. Ditengah badai dimana kematian bisa dipastikan, atau dalam penantian penghukuman dimana kematian juga bisa dipastikan, mereka berdoa (1:14; 3:8-9). Bahkan Yunus dalam kepastian kematian dalam perut ikan dia berdoa (2:2). Ini merupakan suatu pengakuan kalau keselamatan dari kematian hanya datang dari Yahwe semata.
Bagi para pelaut, respon lanjutan terhadap perlakuan Tuhan terjadi setelah badai ditenangkan. Pernyataan luar biasa akan kehendak Allah diantisipasi oleh mereka (1:16), dan saat itu terjadi mereka takut akan Yahweh. Korban dan sumpah mereka (1:16) bisa ditafsirkan sebagai ibadah atau hal gaib dalam sebuah budaya kafir, tapi dalam kitab ini mencerminkan suatu kemurnian ingin berbalik kepada Tuhan. Sumpah berikut yang terdapat dalam kitab ini adalah dari Yunus (2:10). Jadi respon terhadap keselamatan adalah ibadah. Bagi orang Asiria, proses ini sedikit berbeda. Doa bagi keselamatan mereka adalah doa kepada Allah untuk tidak menghukum. Maka dari itu, pertobatan dari hidup yang berdosa adalah sebuah keharusan (3:10). Berpuasa, merobek pakaian, dan berbalik dari kejahatan, semuanya mencerminkan sebuah kesungguhan takut terhadap perkataan Tuhan. Maka dari itu, takut menjadi motif menonjol dalam kitab inibaik para pelaut dan orang Asiria takut terhadap Yahweh, dimana Yunus hanya mengklaim takut akan Dia. Titik balik bagi para pelaut berasal dari fakta bahwa mereka percaya (hiphil dari aman dalam 3:5 memiliki ide melihat kata yang diberitakan bisa dipercaya dan diandalkan). Kepercayaan adalah murni saat berbalik bertobat dan takut seperti terlihat dalam tindakan mereka. Maka dari itu, Tuhan tidak jadi murka atas mereka.
Kita bisa berkata, saat umat manusia merespon tindakan dan perkataan Tuhan melalui iman, dan berbalik dari berhala kafir untuk taat beribadah dan takut akan Dia, Tuhan akan menyelamatkan mereka dari kematian yang mendekat. Semia ini dimungkinkan karena belas kasihNya. Yunus berusaha menghalangi belas kasih Tuhan, sehingga Tuhan membawa dia kesatu kesadaran tentang apa yang dia lakukan dengan menyingkirkan dia, Yunus, dari objek belas kasihnya.
Teologi Kitab Yunus
Pernyataan teologis yang harus dibuat tapi juga ditekankan, adalah walaupun Israel adalah pelayan yang tidak efektif dan sering dibawah disiplin, Yahweh yang berdaulat memperluas belas kasih kepada non Yahudi melalui pembawa pesan nubuat yang enggan. Hal yang membuat ketegangan begitu kuat dalam drama ini adalah non Yahudi ini adalah musuh yang dibenci, dan Yunus tidak ingin belas kasih Tuhan ditunjukan atas mereka




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH TEOLOGI SISTEMATIKA tentang "BIBLIOLOGI"

gereja di maluku selatan selama masa portugis (SGI & SGL)